White Poem untuk Si Pungguk

Memandang langit, ingin sekali berjumpa denganMu
Menatap awan, bak mentari terbitnya siang
Rasa hati ingin sekali melihatMu
Sehingga permadani pun bertanya-tanya, aku ini kenapa?

Amarah kadang kala tak terbendung merasakan
Getir panca indera rasanya ingin berteriak
Maafkan aku pabila ku pergi bagai fatamorgana
Setitis embun pun tak dapat menasehatiku

Seandainya saja sang angin datang lebih cepat 
Bagaikan selusin petir bergelora
Pasti sang sial tidak akan menampakkan wajahnya

Ingin sekali rasanya memeluk duka yang berjatuhan
Dan ingin sekali rasanya mengirimkanMu hadiah tak terukir
Hingga kakiku terluka menggapai aura padang luasMu

Terlena aku dibuai bujuk rayuan musuhku
Sehingga bibirku tak mampu bergerak untuk selalu menyebut asmaMu
Masihkah pintu itu terbuka lebar untukku?
Apakah Engkau mau menjawabnya?

Hai duka...mengapa kau selalu menampakkan benih-benih yang tak ingin aku rasakan
Lalai aku mengharapkan seonggok kasih sayang
Ombak sudah menjauh mencibir aku yang merana
Mungkin juga kerajaan Majapahit akan tercengang melihatnya

Oh masa...aku termenung meratapi apa yang telah ku lakukan
Jangan..!! jangan tinggalkan aku dalam kabut hitam yang menyesakkan dadaku
Aku ingin kembali walaupun noda hitam itu masih membekas
Ya Rabb...aku berdosa Ya Rabb...
Aku sengaja meninggalkanMu meskipun aku tahu tidak boleh melakukan itu

Hai jiwa-jiwa yang masih menyatu dalam ruh
Nikmat Tuhanmu yang manakah yang engkau dustakan
Bila engkau hidup dari kuasaNya
Ahlan wa sahlan bagi hati yang kembali...

Created By: Masithoh Adiba

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 comments:

Post a Comment